Cantik, putih, langsing, tinggi itu adalah tipe
wanita yang diidam-idamkan oleh pria di penjuru dunia. Ya memang, apabila semua
itu ada di diri kita pasti banyak sekali lelaki yang berebut untuk mendapatkan
kita. Tapi beda hal nya dengan ku. Aku memiliki kulit berwarna hitam, gendut,
tidak cantik, rambutku megar seperti singa dan aku tidak pintar. Semua cowo
disekolahku pasti selalu mengejekku. Bahkan teman-temanku yang perempuan pun
juga harus berfikir dua kali untuk berteman dengan ku. Aku sendiri heran,
sebenarnya apa yang salah dengan kondisi ku yang seperti ini, ini semua kan
pemberian dari Allah. Ya tapi aku sadar diri, ini adalah hukum alam. Yang jelek
pasti akan selalu tersingkir.
Namaku
Kirana Cantika, tapi aku tidak cantik sama sekali walaupun namaku “Cantika”.
Sekarang aku kelas 2 SMA. Disekolah aku hanya
mempunyai seorang teman yang benar-benar menerimaku apa adanya. Dia
adalah Nita. Nita itu cantik, putih, langsing, dan banyak banget cowo-cowo yang
mencocba mendekati dia. Dan pasti cowo-cowo pada heran dan bertanya-tanya
kenapa seorang Nita yang cantik jelita mau berteman denganku. Nita pernah
bilang, katanya bagaimanapun kondisi aku, dia bakal tetap menganggapku sebagai
sahabatnya. Aku benar-benar tidak menyangka seorang Nita mau menganggapku
sebagai sahabatnya.
Sampai
hari itu pun datang. Jujur, selama 16 tahun aku hidup di bumi ini, aku belum
pernah merasakan yang namanya pacaran. Jelas saja, siapa yang mau denganku
kalau aku seperti ini. Melirikpun saja mungkin mereka ogah. Jadi ceritanya, ada
murid baru dikelasku. Dia pindahan dari Aceh. Menurutku dia ganteng, cerdas,
dan kelihatannya dia anak baik-baik. Namanya Daffa. Diam-diam aku mengagumi
dia. Pernah waktu itu aku nggak sengaja lagi ngeliatin dia nulis, tiba-tiba
matanya mengarah kepadaku juga. Yaampun! Rasanya malu banget.
“Semuanya,
sekarang Ibu akan membagikan kelompok untuk kalian. Kelompok I Kirana.... Terus
Ayu.. Nita....hmm siapa lagi ya? Oh ya, Daffa kamu masuk ke kelompok satu ya.
Kalian bikin percobaan tentang pernafasan ya.” Sahut bu Ami. Apa??? Aku
sekelompok sama Daffa? Rasanya seperti mimpi. Seneng banget rasanya. Mulai dari
situ, aku jadi suka ngobrol sama Daffa untuk membicarakan tentang tugas
kelompok kami. Berhubung ini pelajaran Biologi, dan aku sangat suka Biologi
makanya aku menjadi ketua kelompok. Kami berempat sepakat untuk mengerjakan
tugas ini dirumahku pada hari Minggu nanti. Ternyata Daffa tinggal tidak jauh
dari rumahku, jadi kalau pulang sekolah aku suka diajak pulang bareng sama dia.
Ini beneran? Seorang Daffa yang banyak dikagumin cewe-cewe disekolah ngajak aku
pulang bareng??? Iya ini beneran. Semua ini bukan mimpi. Jelas, aku ngga bakal
melewatkan kesempatan emas ini. Setiap hari aku makin semangat untuk masuk
sekolah. Alasannya jelas, karena aku ingin menatap Daffa lebih lama.
Bel
sekolah pun berdering. “Duh Nita mana ya? Kok dia gaada? Apa dia dikamar mandi kali ya. Aku
coba kesana deh” Sahutku. Saat aku berjalan mendekati kamar mandi sekolah,
tiba-tiba aku melihat Nita dan Daffa sedang duduk dipinggir lapangan berdua.
Rasanya hancur sekali melihat mereka berdua seperti itu. “Iya jelas, Daffa ngga
mungkin suka sama aku. Dia pasti suka nya sama Nita. Nita kan cantik, sedangkan
aku??”fikir ku. Mulai saat itu, aku sudah putus asa terhadap Daffa. Aku yakin
sekali kalau Daffa menyukai Nita. Daffa juga sudah tidak pernah lagi mengajakku
pulang bareng. Aku jadi lebih suka menyendiri. Melihat perubahanku ini, Nita
bertanya padaku. “Kirana, kamu kenapa sih kok sekarang jadi sedih terus?” Tanya
Nita. Aku membalas pertanyaannya hanya dengan senyum, lalu aku pergi
meninggalkan Nita. Janggal memang
rasanya aku melakukan ini kepada Nita. Rasanya aku marah sekali kepada dia.
Kenapa mesti Nita yang cantik? Kenapa Daffa mesti sama Nita? Kenapa kesempatan
itu ngga pernah dikasih Allah buat aku? Kenapa?!
Nita
mulai menyadari perubahan Kirana terhadapnya. Akhirnya dia mendekati Kirana dan
membicarakan semuanya. “Rana, aku tau kok kamu kaya gini sama aku gara-gara
apa.”Sahut Nita. Kirana hanya terdiam. “Kamu suka kan sama Daffa?”Tanya Nita.
Kirana tertegun dan mulai meneteskan air matanya. “Nit, kalau kamu udah tau
kenapa kamu masih jahat sama aku? Kenapa kamu ambil kebahagiaan aku itu? Kenapa
Nit?!” Teriak Kirana. “Loh kamu nih ngomong apa sih Na? Aku bener-bener ngga
ngerti. Aku sama Daffa tuh ngga ada hubungan apa-apa. Kita hanya berteman. Oh
pasti kamu ngeliat kemaren aku berduaan sama Daffa ya? Kemaren itu kita
berduaan, karena Daffa lagi curhat. Dia lagi suka sama seorang cewe. Cewe itu
Miranda.” Kata Nita. “Mi...Miranda...?” Tanyaku. “Iya, Daffa lagi suka sama
Miranda dan dia lagi minta bantuan sama aku buat bantuin dia deket sama
Miranda.” Sahut Nita. Akupun menangis keras dan bertanya kepada otakku “Kenapa
aku bisa sangat pededan berfikir
kalau Daffa juga menyukaiku? Tentu saja semua itu mustahil!!!”. “Udah ya Na,
kamu lupain aja si Daffa itu. Daffa juga bukan cowo baik-baik. Kamu tau kenapa
dia pindah dari Aceh? Karena disana dia di keluarin dari sekolahnya karena dia
narkoba. Orang tuanya sudah angkat tangan terhadap dia. Sekarang di Jakarta dia
tinggal sama omnya yang masih mau menampung dia.” Kata Nita.
“Narkoba...?”Tanyaku tidak percaya. “Iya dia dulu bandel banget deh pokoknya,
dia sendiri kok yang cerita. Dan dia bilang sampai sekarang dia masih belum
bisa meninggalkan kebiasaan buruknya itu.”Jawab Nita. “Aku cuman ngga mau sahabatku
ini kenal sama Daffa yang ternyata bukan orang baik-baik” Lanjut Nita. Aku
langsung memeluk sahabatku dan menangis tersedu-sedu. “Terima kasih Nita,
terima kasih karena kamu satu-satunya orang yang mau nerima aku apa adanya kaya
gini” Sahutku sambil memeluk Nita erat.
No comments:
Post a Comment